Saham Apple turun hampir 3% dalam perdagangan pre-market pada Jumat, 2 Mei 2025. Penurunan ini terjadi setelah perusahaan mengurangi program pembelian kembali saham (buyback). Tekanan semakin bertambah setelah CEO Tim Cook memperingatkan potensi biaya tambahan sebesar US$900 juta akibat tarif yang dikenakan dalam perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Apple, yang memproduksi lebih dari 90% produknya di China, kini merencanakan pemindahan sebagian besar produksi iPhone ke India. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi dampak langsung dari kebijakan perdagangan pemerintahan Presiden Donald Trump. Menurut analis Hargreaves Lansdown, Matt Britzman, Apple bergerak lebih cepat dari perkiraan dalam memindahkan fasilitas produksinya ke wilayah India.
Analis Wedbush menyebut India sebagai “rantai pasok penyelamat” Apple, karena menawarkan stabilitas dan perlindungan dari ketidakpastian tarif impor. Langkah ini menjadi strategi penting di tengah ketegangan yang meningkat antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut.
Strategi Bertahan Apple & Tekanan di Pasar Global
Tim Cook mengungkapkan bahwa Apple kini mulai membangun stok perangkat. Tujuannya adalah memastikan sebagian besar produk yang dijual di AS pada kuartal ini tidak berasal dari China. Meskipun hal ini memberikan sedikit kepastian, investor tetap menantikan kejelasan soal proyeksi bisnis pasca-Juni.
Tekanan tidak hanya berasal dari perang dagang. Di pasar utama seperti China, Apple juga menghadapi persaingan ketat dari produsen lokal seperti Huawei. Perusahaan juga tertinggal dalam adopsi dan peluncuran fitur berbasis kecerdasan buatan (AI), sebuah faktor penting dalam pertumbuhan industri teknologi saat ini.
Sementara itu, perusahaan teknologi besar lain seperti Alphabet, Microsoft, dan Meta mencatatkan hasil kuartalan yang melampaui ekspektasi, terutama berkat dorongan dari inovasi AI. Sebaliknya, kinerja Amazon di layanan cloud tidak memenuhi harapan pasar. Di sektor elektronik konsumen, tekanan datang dari penurunan daya beli rumah tangga yang juga memengaruhi Qualcomm, Samsung, dan Intel.
Saham Apple telah turun sekitar 15% sejak awal tahun, jauh lebih besar dibandingkan penurunan 2,3% pada Meta. Sementara Microsoft justru mencatatkan kenaikan hampir 1%. Dari sisi valuasi, rasio harga terhadap laba (price-to-earnings) Apple untuk 12 bulan ke depan tercatat di angka 27,63. Angka ini sedikit di bawah Microsoft (28,64), namun masih lebih tinggi dari Meta (21,48).
Baca Artikel Lainnya:
Temukan informasi dan analisis seputar teknologi dan strategi bisnis lainnya di nemescorp.com
Sumber : kontan.co.id