Seiring perkembangan teknologi dan media sosial, para pelaku bisnis di Indonesia menghadapi tantangan besar dalam beradaptasi dengan tren serta preferensi konsumen yang terus berubah. Digitalisasi mengubah pola konsumsi masyarakat, sehingga perusahaan harus terus berinovasi dalam strategi pemasaran, pengembangan produk, dan layanan.

Clarissa mengungkapkan bahwa preferensi pengiklan kini beralih ke ranah digital. Hal ini menciptakan peluang baru bagi industri media dan hiburan. “Kami melihat adanya pergeseran tren, di mana pengiklan lebih memilih platform digital. Ini tentu menjadi peluang besar bagi kami ke depannya,” tambahnya.

Selain itu, jenis konten yang diminati masyarakat semakin beragam. Hal ini mendorong perusahaan untuk mengeksplorasi sumber pendapatan baru di luar model bisnis konvensional seperti subscription dan advertising.

AI Sebagai Alat Optimalisasi dalam Bisnis

Managing Director Vision+, Clarissa Tanoesoedibjo, menegaskan bahwa AI bukan sekadar teknologi tambahan. AI menjadi alat yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai aspek bisnis. Teknologi ini tidak hanya meningkatkan pengalaman pengguna (user experience) tetapi juga mempercepat serta menyempurnakan sistem dan proses operasional.

“Kami telah menerapkan AI dalam produksi, pasca-produksi, hingga penerjemahan konten. Teknologi ini memungkinkan kami mempercepat proses sekaligus mengurangi human error,” ujar Clarissa saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, pada Kamis (20/3).

Dengan integrasi AI dalam berbagai aplikasi internal, perusahaan dapat memenuhi permintaan konten lebih cepat dan efisien. Hal ini memberikan keunggulan kompetitif dalam industri media dan hiburan yang terus berkembang.

Adopsi AI dan pemanfaatan tren digital memungkinkan perusahaan lebih fleksibel menghadapi perubahan pasar serta terus menghadirkan inovasi yang relevan bagi konsumen masa kini.

Baca artikel seru lainnya di sini!

Sumber : okezone.com