Airbnb memperkirakan pendapatan kuartal kedua hanya akan mencapai $2,99 hingga $3,05 miliar. Angka ini berada di bawah estimasi analis pasar yang memperkirakan sekitar $3,04 miliar, menurut data LSEG.
Setelah pengumuman ini, saham Airbnb anjlok lebih dari 6% di perdagangan setelah jam pasar. Sejak awal tahun, penurunan total saham sudah mencapai 7%. Melemahnya permintaan di Amerika Serikat menjadi penyebab utama, di tengah ketidakpastian ekonomi dan kebijakan dagang yang tidak stabil.
Konsumen Lebih Berhati-hati, Booking Semakin Mendekati Hari Keberangkatan
Menurut Chief Financial Officer Airbnb, Ellie Mertz, wisatawan kini cenderung memesan akomodasi lebih dekat dengan tanggal check-in. Ini menunjukkan booking window yang semakin pendek, sebagai tanda konsumen lebih berhati-hati dalam mengeluarkan biaya liburan.
Tren serupa juga dilaporkan oleh pelaku industri lain. Maskapai Delta Airlines menyebutkan bahwa permintaan perjalanan hampir berhenti. Sementara itu, Hilton menilai para pelancong masih bersikap menunggu dan melihat perkembangan.
Meski begitu, total malam inap dan pengalaman yang dipesan meningkat 8% secara global pada kuartal pertama, menjadi 143,1 juta. Jika Amerika Utara tidak dihitung, pertumbuhannya bahkan mencapai 11%. Amerika Serikat masih menyumbang sekitar 30% dari total malam inap Airbnb.
Airbnb juga memperkirakan pendapatan per kamar per malam akan tetap stabil pada kuartal dua. Namun, margin laba operasional diproyeksikan sedikit lebih rendah dari tahun sebelumnya. Selain itu, pertumbuhan tahunan malam inap kemungkinan akan melambat.
Total pendapatan pada kuartal pertama mencapai $2,27 miliar, sedikit lebih tinggi dari ekspektasi analis sebesar $2,26 miliar. Meski begitu, laba bersih turun 41,7% menjadi $154 juta. Penurunan ini disebabkan oleh bertambahnya jumlah karyawan, kerugian dari investasi lama di perusahaan privat, serta turunnya pendapatan bunga.
Baca Artikel Lainnya:
Ingin tahu tren bisnis dan digital marketing terkini? Lihat artikel menarik lainnya di sini.
Sumber : reuters.com