Jay Springett, seorang ahli strategi teknologi dan pembawa acara podcast, awalnya hanya penasaran saat bergabung dengan aplikasi media sosial Butterflies AI. Namun, rasa ingin tahunya berubah menjadi keterlibatan selama lebih dari enam bulan.
Butterflies menghadirkan konsep unik: memungkinkan interaksi antara manusia dan persona AI. Menariknya, persona digital milik Springett berkembang sendiri seiring waktu, berinteraksi dengan karakter AI lainnya, bahkan sampai memiliki koleksi Beanie Babies — boneka ikonik yang sempat tren di era 90-an.
“Rasanya seperti menonton sinetron yang ditulis oleh AI dalam sebuah simulasi,” ungkap Springett kepada BBC. “Saya tidak menggunakannya seperti media sosial pada umumnya. Rasanya lebih seperti mengamati ketimbang ikut serta. Saya tidak akan membayar untuk itu, tapi cukup menarik untuk terus diperhatikan.”
Media Sosial Tradisional Mulai Ditinggalkan
Di tengah kejenuhan terhadap platform raksasa seperti X (dulu Twitter) dan Facebook, layanan baru seperti Butterflies bermunculan dan mulai menarik perhatian. Data dari Similarweb menunjukkan penurunan drastis pengguna aktif harian X di Inggris — hampir 25% sejak Januari 2024. Sementara itu, Facebook juga mengalami penurunan lalu lintas baik di versi mobile maupun desktop dalam beberapa tahun terakhir.
Penelitian dari Pew Research Center menguatkan tren ini, menunjukkan bahwa hanya sepertiga remaja yang kini menggunakan Facebook dan X, padahal satu dekade lalu jumlahnya mencapai tiga perempat.
Bluesky dan Arsitektur Sosial yang Fleksibel
Salah satu platform yang tengah naik daun adalah Bluesky. Dalam setahun terakhir, Bluesky berhasil menarik puluhan juta pengguna, sebagian besar berpindah dari X. Kesuksesan ini tak hanya soal timing, tapi juga berkat arsitektur desentralisasi yang dimilikinya.
Berbeda dengan platform konvensional yang terpusat, Bluesky memungkinkan pengguna memilih cara moderasi konten dan rekomendasi algoritma berdasarkan preferensi mereka. Dengan banyaknya opsi dari komunitas, pengalaman pengguna bisa sangat disesuaikan. Tidak suka percakapan umum? Cukup pindah ke feed seperti “popular with friends” untuk melihat apa yang sedang dibahas teman-teman Anda.
Namun, menurut Andy Tattersall, pakar informasi dari University of Sheffield, tantangan besar menanti Bluesky. Ia menilai platform ini harus mampu menyeimbangkan antara menghasilkan pendapatan, menjaga keamanan pengguna, dan melakukan moderasi — yang ternyata jauh lebih rumit dari kelihatannya.
Membangun Ekosistem Terbuka
Untuk mendukung misi tersebut, organisasi Free Our Feeds hadir sebagai fondasi sosial media terbuka. Didukung oleh nama besar seperti musisi Brian Eno dan aktor Mark Ruffalo, yayasan ini berencana menggalang dana sebesar $30 juta dalam tiga tahun ke depan untuk memperkuat ekosistem berbasis AT Protocol, teknologi desentralisasi yang digunakan Bluesky.
Robin Berjon, salah satu pengurus Free Our Feeds, menekankan pentingnya keberagaman pengelola infrastruktur digital. “Bluesky sudah memberikan fondasi yang kuat, tapi selama mereka tetap menjadi satu-satunya operator utama, risikonya adalah hilangnya kepentingan publik dalam pengelolaan jaringan ini,” jelasnya.
Mengatasi Hambatan Jaringan
Namun, tantangan terbesar bagi platform kecil tetaplah hukum jaringan, yang dikenal sebagai Metcalfe’s Law. Semakin banyak pengguna dalam sebuah jaringan, semakin besar nilainya. Platform besar seperti Facebook dan X punya sumber daya besar untuk tumbuh lebih cepat, sekaligus menyulitkan pesaing kecil berkembang.
Evan Prodromou, editor protokol ActivityPub yang digunakan oleh Threads dan Mastodon, menjelaskan bahwa pendekatan interoperabilitas bisa jadi kunci untuk mengatasi hambatan ini. Alih-alih berpindah-pindah antar platform, pengguna bisa mengakses konten dari berbagai layanan melalui satu titik masuk.
Namun, tantangan teknis tetap ada karena tidak semua platform menggunakan protokol yang sama — seperti Bluesky yang memakai AT Protocol. Meski begitu, organisasi seperti Free Our Feeds dan Social Web Foundation tengah mengembangkan solusi untuk menjembatani perbedaan ini.
“Dunia tidak butuh satu solusi tunggal untuk delapan miliar orang,” tegas Berjon.
Inovasi Sosial Media Berbasis Kehidupan Nyata
Di sisi lain, ada juga aplikasi baru yang tak mencoba menyaingi raksasa digital, tapi lebih memilih untuk menempati ceruk pasar tertentu.
Salah satunya adalah Mozi, yang dikembangkan oleh salah satu pendiri Twitter, Ev Williams. Mozi justru tidak mendorong interaksi digital, melainkan mendorong koneksi di dunia nyata. Aplikasi ini memberi tahu pengguna ketika teman mereka berada di kota atau acara yang sama.
“Sebelum Mozi, belum ada aplikasi yang bisa memberitahuku siapa teman yang ada di kota yang sama denganku, atau apa yang sedang mereka lakukan secara lokal,” ujar Molly DeWolf Swenson, salah satu pendirinya.
CEO Flipboard, Mike McCue, melihat gelombang inovasi ini sebagai awal dari era baru media sosial — di mana berbagai layanan kecil akan saling melengkapi, bukan saling menggantikan. Aplikasi terbaru Flipboard, Surf, memungkinkan pengguna menjelajahi berbagai platform seperti Threads, Bluesky, hingga YouTube melalui satu feed terpusat.
“Pada akhirnya,” ujar McCue, “bukan satu layanan yang akan menggantikan Facebook atau Twitter. Tapi sejumlah layanan baru yang akan merebut perhatian kita perlahan. Dan seiring waktu, generasi baru akan datang dengan ekspektasi yang berbeda terhadap media sosial.”
Baca artikel seru lainnya di sini!
Sumber : bbc.com