Forum China Development Forum menjadi platform diplomasi informal antara China dan komunitas bisnis AS. PM Li Qiang bertemu dengan Senator AS Steve Daines, yang menyebut pertemuan ini sebagai langkah awal menuju dialog antara Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping.
Sejumlah eksekutif perusahaan besar AS seperti Qualcomm, Boeing, dan Pfizer juga menghadiri forum ini. Li menekankan bahwa China dan AS memiliki kepentingan bersama yang luas serta potensi kerja sama yang saling menguntungkan.
Sementara itu, Menteri Perdagangan China Wang Wentao bertemu dengan CEO Apple, Tim Cook, dan menegaskan bahwa “tidak ada pemenang dalam perang dagang.” Wang juga menyambut baik ekspansi investasi Apple di China.
Tarif Baru AS dan Respons China
Sejak menjabat kembali pada Januari, Presiden Trump telah menerapkan tarif tambahan 20% terhadap semua impor dari China, melanjutkan kebijakan tarif yang telah ada sebelumnya. Sebagai balasan, China memberlakukan tarif atas produk pertanian dan energi dari AS serta menerapkan kontrol ekspor bahan baku tertentu.
Pada hari Senin, Li Qiang menandatangani peraturan yang memperkuat Undang-Undang Anti-Sanksi China. Kebijakan ini memungkinkan Beijing mengambil langkah balasan terhadap negara-negara yang dianggap menekan atau mendiskriminasi China.
Pemerintah AS berencana mengumumkan tarif tambahan terhadap beberapa negara dalam waktu dekat sebagai bagian dari strategi mengembalikan manufaktur ke dalam negeri dan menyeimbangkan hubungan dagang yang dinilai tidak adil.
China Proyeksikan Diri sebagai Kekuatan Global yang Bertanggung Jawab
Bagi pemerintah China, forum ini juga menjadi ajang untuk menunjukkan posisi mereka sebagai negara yang bertanggung jawab dalam perdagangan global. Li Qiang menegaskan bahwa China akan “berdiri di sisi yang benar dalam sejarah” dan berkomitmen untuk mendukung keadilan serta keterbukaan perdagangan dunia.
Di tengah ketegangan geopolitik, perusahaan asing semakin berhati-hati dalam berinvestasi di China. Beberapa perusahaan bahkan menghadapi tindakan pengawasan ketat oleh otoritas China. Di sisi lain, negara-negara Barat juga mulai khawatir dengan ekspor besar-besaran China di sektor kendaraan listrik dan teknologi hijau, yang dinilai mendapat subsidi besar dari pemerintah China dan berpotensi mengancam industri domestik mereka.
Dalam menghadapi berbagai tantangan ini, China berusaha membuktikan bahwa mereka tetap menjadi mitra dagang yang stabil dan mendukung globalisasi. Dengan pendekatan strategis dan kebijakan baru, China berupaya mempertahankan daya saingnya di tengah ketidakpastian ekonomi global.
China Tanggapi Tantangan Ekonomi Global dengan Kebijakan Baru
Dalam pidatonya, Li Qiang menegaskan bahwa China telah bersiap menghadapi kemungkinan guncangan yang mayoritas berasal dari faktor eksternal. Jika diperlukan, pemerintah China akan menerapkan kebijakan baru guna menjaga stabilitas ekonomi domestik.
“Jika dunia kembali ke hukum rimba, itu akan menjadi kemunduran sejarah dan tragedi bagi umat manusia,” ujarnya.
Pernyataan ini hadir di saat China berusaha menarik kembali investasi asing yang anjlok akibat perlambatan ekonomi dan kebijakan dagang AS yang semakin ketat.
Para Eksekutif Dunia Bertemu di Beijing: China Dorong Globalisasi
China menegaskan kesiapan menghadapi berbagai potensi guncangan ekonomi global. Perdana Menteri Li Qiang dalam forum tahunan China Development Forum di Beijing menyerukan perlawanan terhadap proteksionisme dan mendukung globalisasi. Ia menekankan bahwa “decoupling” atau pemutusan rantai pasokan hanya akan memperdalam krisis.
Acara ini dihadiri oleh sejumlah CEO global seperti Tim Cook (Apple), Raj Subramaniam (FedEx), dan Albert Bourla (Pfizer). Forum ini menjadi momen penting di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat akibat kebijakan tarif baru yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump.
Ketidakpastian Perdagangan dan Dampaknya terhadap Bisnis Global
Kebijakan perdagangan AS-China yang terus berkembang menjadi sorotan utama para eksekutif global yang hadir dalam forum ini. CEO Inter IKEA Group, Jon Abrahamsson Ring, menekankan pentingnya perdagangan terbuka dan berbasis aturan.
“Kami percaya bahwa perdagangan global adalah sesuatu yang positif. Ini memungkinkan skala ekonomi yang lebih luas dan memanfaatkan keunggulan kompetitif dari berbagai negara,” ujarnya.
Sementara itu, Rich Lesser dari Boston Consulting Group menyoroti bahwa perusahaan harus semakin fleksibel dalam rantai pasokan mereka dan memanfaatkan teknologi seperti AI untuk beradaptasi dengan perubahan ekonomi.
Baca artikel seru lainnya di sini!
Sumber : cnn.com