Kebijakan tarif timbal balik yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengguncang pasar keuangan global, termasuk aset kripto. Setelah pengumuman tarif, harga Bitcoin turun ke level 83.000 dolar AS. Sebelumnya, sempat naik ke 87.000 dolar AS. Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, mencatatkan reaksi pasar yang cukup besar terhadap kebijakan ini. Saham-saham besar di AS juga ikut terkoreksi.
Indeks Nasdaq 100 mengalami penurunan sebesar 2,3 persen. S&P 500 turun 1,7 persen setelah jam perdagangan. Saham perusahaan teknologi, seperti Tesla dan Palantir, merosot hingga 8 persen. Apple, Amazon, dan Nvidia masing-masing turun antara 6 hingga 7 persen.
Sebaliknya, harga emas melonjak ke level tertinggi. Saat ini, harga emas mendekati 3.200 dolar AS per ounce. Ini mencerminkan permintaan yang meningkat terhadap aset safe haven di tengah ketidakpastian pasar.
Kebijakan Tarif yang Meningkatkan Ketegangan Perdagangan
Kebijakan tarif ini dapat memperburuk ketegangan perdagangan global, terutama dengan China dan Uni Eropa. Kedua pihak diperkirakan akan menanggapi dengan langkah serupa. Salah satu kebijakan terbaru AS adalah tarif 25 persen pada mobil impor yang berlaku mulai 3 April. Tarif umum 10 persen akan berlaku mulai 5 April 2025. Selain itu, beberapa negara tertentu, seperti China dan Vietnam, akan menghadapi tarif khusus.
Indonesia berada di urutan kedelapan dalam daftar negara yang terkena tarif AS, dengan besaran tarif mencapai 32 persen. Trump menegaskan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk melindungi ekonomi AS. Ia mengklaim ekonomi AS telah dirugikan oleh praktik perdagangan yang tidak adil selama lebih dari lima dekade.
Potensi Lonjakan Inflasi dan Tekanan Terhadap Pasar Kripto
Fahmi Almuttaqin menilai kebijakan tarif ini dapat menyebabkan lonjakan inflasi. Ini juga bisa memperpanjang periode suku bunga tinggi. Kekhawatiran pasar terkait ketidakpastian dapat membuat investor lebih berhati-hati. Mereka mungkin akan menghindari instrumen investasi berisiko tinggi seperti kripto dan saham.
Namun, dampak sebenarnya dari kebijakan ini belum terlihat sepenuhnya. Banyak faktor yang mempengaruhi, terutama bagaimana konsumen dan pelaku bisnis beradaptasi dengan peraturan baru. Jika kebijakan ini meningkatkan pengangguran dan berujung pada resesi ekonomi, The Fed mungkin mempertimbangkan pelonggaran kebijakan seperti penurunan suku bunga.
Peluang di Tengah Ketidakpastian Pasar
Meski pasar sedang mengalami tekanan, Fahmi berpendapat hal ini bisa menjadi peluang. Investor dengan toleransi risiko tinggi dapat memanfaatkannya. Fahmi menyarankan strategi dollar cost averaging (DCA). Ini artinya mengakumulasi aset secara bertahap pada periode tertentu. Dengan cara ini, investor dapat membeli aset kripto dan saham AS dengan harga rata-rata yang lebih rendah.
Investor pemula bisa menggunakan fitur investasi yang disediakan oleh platform seperti Reku. Misalnya, fitur Packs memungkinkan investasi pada kripto blue chip dan ETF saham AS dalam sekali klik. Fitur Rebalancing juga menyesuaikan alokasi investasi sesuai kondisi pasar.
Baca artikel seru lainnya di sini!
Sumber : antaranews.com