Ketegangan perdagangan global akibat dampak perang dagang AS telah memunculkan ketidakpastian serius bagi perekonomian Indonesia. Kebijakan proteksionisme yang diterapkan oleh pemerintah Amerika Serikat, terutama saat kepemimpinan Donald Trump, menjadi pemicu utama terganggunya stabilitas perdagangan internasional.
Menurut ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, pendekatan geopolitik yang ditempuh Trump membawa dampak besar terhadap dinamika ekonomi global. Ia menyoroti beberapa langkah signifikan, seperti pemotongan bantuan luar negeri hingga keputusan menarik diri dari organisasi internasional.
Dampaknya Lebih Berat dari Pandemi dan Konflik Global
Hal ini menandai pergeseran strategi dari presiden-presiden sebelumnya yang lebih terbuka terhadap kerja sama global.
“Pendekatan ini berbeda, lebih agresif dan penuh ketidakpastian,” ujar Tauhid dalam diskusi publik Waspada Genderang Perang Dagang oleh INDEF (4/4).
Ia menyebut bahwa ketidakpastian saat ini justru melebihi krisis besar sebelumnya.
“Ketidakpastian ekonomi sekarang jauh lebih besar. Investor pun ragu menanamkan modal dalam kondisi global seperti ini,” jelasnya.
Situasi tersebut mengganggu kepercayaan investor dan pelaku bisnis di Indonesia, sehingga berpotensi memperlambat laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Dampak Tarif Masih Terbatas, Tapi Perlu Diantisipasi
Meski tarif AS terhadap produk Indonesia masih relatif kecil, dampaknya tetap terasa.
“Indonesia memang cukup moderat, dengan tarif rata-rata 32%, tapi dampaknya hanya sekitar 0,9% dari total ekspor,” tambah Tauhid.
Namun, Indonesia tetap harus waspada dan mulai memikirkan strategi diversifikasi ekspor.
Sebagai salah satu kekuatan ekonomi di kawasan, Indonesia dituntut untuk segera mengalihkan fokus ekspor ke negara-negara lain demi mengurangi ketergantungan terhadap pasar Amerika Serikat. Jika akumulasi tarif terus meningkat, ekonomi global akan terdampak dan Indonesia bisa terkena imbas yang lebih besar, terutama dari sisi perdagangan dan investasi.
Tauhid menekankan perlunya langkah cepat dari pemerintah untuk merespons situasi ini.
“Kita butuh sikap yang jelas dari pemerintah. Tarif ini tidak adil dan berpotensi merusak hubungan dagang,” tegasnya.
Sebagai negara berkembang, Indonesia perlu bersikap aktif dalam diplomasi perdagangan dan memperkuat daya saing industri dalam negeri untuk menghadapi era ketidakpastian global.
Baca juga artikel menarik lainnya seputar ekonomi dan bisnis digital di sini:
Temukan insight terbaru sekarang
Sumber : Kontan.co.id