Nemes Corp

Ekonomi Jerman di Titik Kritis: 5 Faktor Penyebab Kemerosotan

Ekonomi Jerman di Titik Kritis: 5 Faktor Penyebab Kemerosotan

Jerman, sebagai ekonomi terbesar di Eropa, mengalami stagnasi selama lima tahun terakhir. Negara yang sebelumnya mendominasi ekspor global kini menghadapi tantangan besar. Berikut lima faktor utama penyebab kemerosotan ini:

1. Krisis Energi dari Rusia

Jerman selama ini mengandalkan gas murah dari Rusia untuk mendukung industri. Namun, setelah Rusia memutus pasokan akibat invasi ke Ukraina, harga energi melonjak.

Keputusan untuk menghentikan tenaga nuklir semakin memperburuk situasi, karena energi terbarukan belum berkembang cukup cepat. Akibatnya, industri besar seperti baja dan kimia harus menanggung biaya energi yang jauh lebih tinggi dibandingkan pesaing di AS dan China.

2. China: Dari Mitra Menjadi Pesaing

Dulu, China menjadi pasar besar bagi produk Jerman seperti mobil dan mesin industri. Namun, kini China justru menjadi pesaing utama dengan produk bersubsidi seperti baja, kendaraan listrik, dan panel surya.

Industri otomotif Jerman termasuk yang paling terdampak. Jika pada 2020 China belum menjadi pengekspor mobil utama, pada 2024 mereka sudah mengekspor 5 juta unit per tahun. Sementara ekspor bersih mobil Jerman turun setengahnya menjadi 1,2 juta unit.

3. Kurangnya Investasi Infrastruktur

Jerman menikmati surplus anggaran selama bertahun-tahun, tetapi mengabaikan investasi jangka panjang seperti jalur kereta api dan internet cepat. Kini, sistem transportasi sering mengalami gangguan, dan proyek energi baru mengalami keterlambatan hingga bertahun-tahun.

Aturan ketat yang membatasi defisit anggaran semakin memperburuk situasi, dan perdebatan mengenai pelonggaran aturan ini menjadi isu utama dalam pemerintahan baru pasca pemilu 23 Februari.

4. Krisis Tenaga Kerja Terampil

Banyak perusahaan Jerman kesulitan mencari tenaga kerja terampil, terutama di bidang teknologi, perawatan anak, dan industri jasa. Survei Kamar Dagang dan Industri Jerman menunjukkan 43% perusahaan kesulitan mengisi posisi kosong, bahkan naik menjadi 58% pada perusahaan besar.

Penyebabnya termasuk menurunnya minat mahasiswa dalam bidang STEM, populasi yang menua, dan keterbatasan layanan penitipan anak yang membuat banyak perempuan bekerja paruh waktu atau tidak bekerja sama sekali. Aturan ketat juga menghambat perekrutan tenaga kerja asing, meskipun telah ada reformasi imigrasi pada 2020 dan 2023.

5. Birokrasi yang Menghambat

Regulasi yang kompleks membuat perizinan bisnis berjalan lambat. Beberapa contoh hambatan administratif yang banyak dikeluhkan:

  • Pengajuan izin turbin angin bisa memakan waktu bertahun-tahun.
  • Restoran harus mencatat suhu kulkas secara manual meskipun ada data digital.
  • Peraturan lingkungan yang lebih ketat dibandingkan standar Uni Eropa menambah beban bagi perusahaan Jerman.

Kesimpulan

Jerman menghadapi berbagai tantangan besar, dari krisis energi hingga birokrasi yang menghambat bisnis. Untuk kembali bangkit sebagai kekuatan ekonomi global, diperlukan reformasi kebijakan dan strategi investasi yang lebih agresif.