Nemes Corp

Google Pangkas Target Rekrutmen Berbasis Keberagaman: Apa Dampaknya?

Google Pangkas Target Rekrutmen Berbasis Keberagaman: Apa Dampaknya?

Google baru saja mengumumkan langkah mengejutkan dengan memangkas beberapa target rekrutmen berbasis keberagaman. Keputusan ini mengikuti tren sejumlah perusahaan besar di AS yang mengurangi atau bahkan menghentikan program keberagaman, kesetaraan, dan inklusi (DEI).

Langkah ini disampaikan melalui email internal kepada karyawan Google pada hari Rabu, tak lama setelah dikeluarkannya perintah eksekutif oleh mantan Presiden Donald Trump. Perintah tersebut menekan kontraktor pemerintah untuk meninjau kembali program DEI mereka.

Mengapa Google Melakukan Perubahan Ini?

Sebagai salah satu penyedia teknologi dan layanan bagi pemerintah federal—terutama di divisi cloud yang berkembang pesat—Google harus mempertimbangkan regulasi yang berlaku. Induk perusahaannya, Alphabet, juga menegaskan perubahan ini dalam laporan tahunan 10-K yang diajukan ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC). Dalam laporan terbaru, Google menghapus pernyataan yang sebelumnya menyatakan komitmen untuk menjadikan DEI sebagai bagian dari strategi perusahaan.

Google, yang merupakan penyumbang terbesar pendapatan tahunan Alphabet sebesar $350 miliar dan memiliki 183.000 karyawan di seluruh dunia, menyatakan bahwa mereka tetap berkomitmen untuk menciptakan lingkungan kerja yang setara bagi semua karyawan. Namun, mereka juga sedang meninjau kembali program keberagaman mereka untuk menyesuaikan diri dengan perubahan hukum dan kebijakan terbaru.

Perubahan DEI di Dunia Korporasi

Google bukan satu-satunya perusahaan yang mengambil langkah ini. Beberapa raksasa teknologi lainnya seperti Meta, Amazon, Apple, dan Tesla juga telah menyesuaikan atau menghapus program DEI mereka. Tak hanya sektor teknologi, perusahaan besar lain seperti Walt Disney Co., McDonald’s, Ford, Walmart, Target, Lowe’s, dan John Deere juga mulai mundur dari program serupa.

Alasan utama di balik pergeseran ini adalah perintah eksekutif Trump yang mengancam kontraktor federal dengan sanksi keuangan jika mereka memiliki kebijakan DEI yang dianggap “ilegal.” Perusahaan yang terbukti melanggar dapat dikenai denda besar berdasarkan Undang-Undang Klaim Palsu tahun 1863. Pemerintah juga akan menyelidiki hingga sembilan perusahaan yang diduga memiliki kebijakan DEI yang diskriminatif.

Dampak bagi Karyawan dan Keberagaman di Google

Sejak lebih dari satu dekade lalu, Google telah berupaya meningkatkan keberagaman dalam tenaga kerjanya. Pada tahun 2020, pasca pembunuhan George Floyd dan meningkatnya seruan untuk keadilan sosial, CEO Google Sundar Pichai menetapkan target peningkatan jumlah kelompok kurang terwakili dalam jajaran kepemimpinan sebesar 30% pada 2025.

Sejauh ini, ada sedikit peningkatan dalam representasi kepemimpinan Google:

  • Karyawan kulit hitam meningkat dari 2,6% pada 2020 menjadi 5,1% pada 2024.
  • Karyawan Hispanik naik dari 3,7% menjadi 4,3%.
  • Perempuan dalam posisi kepemimpinan meningkat dari 26,7% menjadi 32,8%.

Namun, secara keseluruhan, komposisi tenaga kerja Google masih didominasi oleh laki-laki (dua pertiga dari total karyawan) dengan karyawan kulit hitam hanya 5,7% dan Hispanik 7,5%.

Apa yang Bisa Kita Pelajari?

Perubahan strategi Google mencerminkan tren yang lebih luas di dunia korporasi AS. Dengan meningkatnya tekanan hukum dan politik, banyak perusahaan kini harus mencari cara baru untuk menjaga keseimbangan antara keberagaman dan kepatuhan terhadap regulasi.

Meski demikian, Google masih menegaskan komitmennya untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif. Namun, bagaimana kebijakan ini akan berdampak jangka panjang terhadap budaya perusahaan dan persepsi publik? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.