Heathrow Airport sempat menerima peringatan soal lemahnya pasokan listrik hanya beberapa hari sebelum kebakaran terjadi. Insiden tersebut memicu penutupan total bandara pada 21 Maret dan berlangsung lebih dari satu hari.
Nigel Wicking, CEO Heathrow Airline Operators’ Committee, mengatakan kepada parlemen bahwa ia sempat berbicara dua kali dengan pihak bandara dalam minggu sebelum insiden. Ia mempertanyakan lamanya penutupan dan minimnya kesiapan bandara menghadapi situasi darurat, apalagi mengingat peran vital Heathrow sebagai pusat penerbangan global.
Sebaliknya, CEO Heathrow Thomas Woldbye menyebut kebakaran ini sebagai kejadian langka. Ia membela keputusan penutupan demi alasan keselamatan. Woldbye juga menyampaikan permintaan maaf kepada lebih dari 300.000 penumpang yang terdampak. Ia menyebut situasi ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Peringatan yang Terabaikan
Dalam rapat dengan Komite Transportasi Parlemen, Wicking mengungkapkan adanya pencurian kabel di area pasokan listrik. Akibatnya, lampu landasan sempat padam—hal yang sangat krusial untuk keselamatan penerbangan.
Wicking mengatakan bahwa ia sudah menyampaikan kekhawatiran ini kepada Direktur Tim Heathrow pada 15 Maret. Ia juga berbicara dengan Chief Operating Officer dan Chief Customer Officer pada 19 Maret, dua hari sebelum kebakaran.
Menurutnya, Heathrow sebagai bandara termahal di dunia seharusnya memiliki sistem yang lebih tangguh. Ia menegaskan bahwa maskapai berharap ada rencana darurat yang jelas dan sistem pemulihan cepat.
Woldbye menjelaskan bahwa ketahanan jaringan listrik tergantung pada kontrak dengan Scottish and Southern Electricity Networks. Menurutnya, peningkatan sistem akan menimbulkan biaya besar yang bisa dibebankan ke maskapai dan penumpang. Wicking menanggapi bahwa Heathrow sudah cukup mahal bahkan tanpa penambahan biaya ini.
Gangguan Massif dan Penutupan Bandara
Pada hari kejadian, 120 pesawat harus dialihkan. Wicking mengatakan bahwa ruang udara Inggris tak lagi mampu menampung pesawat tambahan pada pukul 05:30 pagi. Akibatnya, beberapa pesawat terpaksa dialihkan ke Eropa. Ada juga yang kembali ke pangkalannya di India. Total ada 1.300 penerbangan yang dibatalkan.
Heathrow mulai kembali beroperasi pada hari Sabtu setelah insiden. Saat ditanya mengapa bandara tidak dibuka lebih cepat, Woldbye menegaskan bahwa keselamatan adalah prioritas. Menurutnya, jika keputusan pembukaan lebih cepat ternyata salah, bisa terjadi insiden yang lebih serius.
Namun, Wicking mengklaim bahwa Terminal 5 sebenarnya sudah bisa beroperasi sejak pukul 10 pagi di hari kejadian. Hal ini didukung informasi dari British Airways dan tim operasional di lapangan.
Krisis Daya dan Tantangan Ekspansi
Woldbye menjelaskan bahwa pada Jumat dini hari, sistem operasional Heathrow mulai kehilangan daya. Lampu peringatan di pusat kontrol menyala, menandakan sistem mulai mati. Saat itu, belum ada informasi soal penyebabnya. Beberapa saat kemudian, tim pemadam melaporkan adanya kebakaran di gardu listrik.
Heathrow disuplai oleh tiga gardu. Namun, padamnya satu gardu saja sudah cukup membuat sepertiga bandara lumpuh. Terminal 2 menjadi yang paling terdampak, bersama sejumlah sistem utama lain.
Langkah pertama adalah memastikan tidak ada penumpang yang terjebak di lift atau terluka. Sistem keselamatan seperti penerangan landasan dan menara kontrol tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Setelah itu, sistem bandara dimatikan sementara sebelum diaktifkan kembali secara bertahap.
Pemerintah Inggris mendukung rencana ekspansi Heathrow dengan menambah landasan pacu ketiga. Namun, Woldbye menyatakan bahwa proyek itu akan menggandakan kebutuhan listrik bandara.
Wicking mengingatkan bahwa biaya ekspansi bisa mencapai £40 miliar hingga £60 miliar. Biaya ini, menurutnya, akan dibebankan ke penumpang dalam bentuk tarif lebih tinggi. Ia juga memperingatkan bahwa proyek tersebut bisa berubah menjadi “gajah putih” jika risiko dasar seperti pasokan listrik belum ditangani dengan benar.
Baca artikel seru lainnya di sini!
Sumber : bbc.com