Nemes Corp

inDrive: Aplikasi Transportasi yang Lahir dari Ketidakadilan dan Kini Menjadi Unicorn

inDrive: Aplikasi Transportasi yang Lahir dari Ketidakadilan dan Kini Menjadi Unicorn

Siapa sangka hidung patah bisa menjadi titik balik menuju kesuksesan? Bagi Arsen Tomsky , CEO inDrive, insiden malam Tahun Baru 1997 di Yakutsk—kota paling dingin di dunia—menjadi pemicu perubahan besar dalam hidupnya.

Saat itu, Tomsky hendak menemui teman-temannya ketika tiga orang lain tiba-tiba merebut taksi yang sudah ia dapatkan. Pertikaian pun tak terhindarkan. Hasilnya? Hidung patah, jaket robek, dan perjalanan yang batal. Bukannya meratapi nasib, Tomsky justru melihatnya sebagai cerminan dari masalah yang lebih besar: sistem transportasi yang tidak adil. Di Yakutsk, mafia taksi sering menaikkan harga secara semena-mena saat suhu mencapai -60°C, memicu banyak ketegangan di jalanan.

Dari Keluhan Online ke Bisnis Global

Ketidakadilan ini terus menghantui pikirannya. Hingga akhirnya, pada 2012, kenaikan tarif taksi sebesar 50% memicu gerakan perlawanan dari para mahasiswa. Mereka membuat forum online tempat penumpang bisa meminta tumpangan dan pengemudi bisa menawarkan harga yang mereka tentukan sendiri. Konsep ini langsung meledak, menarik lebih dari 50.000 pengguna dari populasi 280.000 orang di Yakutsk.

Melihat peluang besar, Tomsky—yang saat itu sudah memiliki perusahaan digital Sinet Group—menghubungi para mahasiswa tersebut dengan ide bisnis. Setahun kemudian, inDrive (singkatan dari “Independent Drivers”) resmi lahir, membawa pendekatan berbeda dari aplikasi ride-hailing lain seperti Uber atau Grab. Di inDrive, penumpang memasukkan tujuan, lalu pengemudi menawarkan harga dan penumpang bisa memilih berdasarkan tarif, jarak, rating, hingga jenis kendaraan.

Model ini memberikan kebebasan lebih bagi pengemudi dan penumpang, dibandingkan sistem algoritma yang sering kali membatasi pilihan dan memberatkan pengemudi dengan biaya komisi tinggi. Dengan komisi awal 0% dan bertahap naik hingga sekitar 10%, inDrive menjadi favorit di kalangan pengemudi—dan semakin banyak pengemudi berarti lebih banyak pilihan bagi penumpang.

Dari Siberia ke Dunia

Berawal dari Yakutsk, inDrive kini telah merambah ke 888 kota di 48 negara, termasuk di AS, Amerika Latin, Afrika, dan Asia Tengah. Dengan lebih dari 200 juta unduhan, inDrive kini menjadi aplikasi transportasi paling populer kedua di dunia setelah Uber. Pada 2021, inDrive meraih investasi $150 juta dan mencapai valuasi unicorn sebesar $1,23 miliar. Sejak itu, pendapatannya meningkat enam kali lipat, dan di 2025, Tomsky menargetkan perusahaan ini mencapai profit bersih.

Tapi bagi Tomsky, inDrive bukan hanya tentang uang. Ia ingin membuktikan bahwa perusahaan teknologi bisa sukses tanpa hanya berorientasi pada profit semata. Ia menolak dominasi perusahaan raksasa seperti Meta dan OpenAI yang terlalu berkuasa dalam lanskap digital saat ini.

Ekspansi Cerdas dan Visi Sosial

Strategi inDrive berbeda dengan pesaingnya. Alih-alih langsung bersaing di kota besar, mereka lebih dulu menargetkan pasar yang belum terjangkau, seperti Astana di Kazakhstan atau Arusha di Tanzania. Ini membuat mereka bisa berkembang tanpa langsung menjadi target perang harga dari pemain besar.

Namun, ekspansi ke kota besar seperti New York ternyata tidak berjalan mulus. Pada 2018, inDrive sempat mencoba masuk ke pasar AS tetapi harus menghentikan operasinya karena banyaknya transaksi kartu kredit palsu. Belajar dari pengalaman itu, mereka memilih Miami sebagai kota berikutnya pada 2023, karena kesamaan budayanya dengan Amerika Latin, pasar utama inDrive saat ini.

Meninggalkan Rusia dan Membangun Masa Depan

Sebagai seorang yang vokal menentang ketidakadilan, Tomsky mengambil langkah tegas setelah Rusia menginvasi Ukraina pada 2022. Ia segera menutup operasional inDrive di Rusia, menawarkan relokasi bagi 1.000 karyawannya, dan bahkan meninggalkan kewarganegaraan Rusia untuk menjadi warga Kazakhstan. “Sangat menyedihkan, tapi saya tak bisa tinggal di negara yang seperti ini,” ujarnya.

Kini, selain fokus pada ekspansi inDrive, Tomsky juga mengalokasikan sebagian besar kekayaannya untuk proyek sosial. Ia sudah menjalankan sembilan inisiatif, termasuk universitas di Kazakhstan dan program pelatihan IT di Afrika. Salah satu yang paling dekat di hatinya adalah Ayta.AI, sebuah teknologi AI yang membantu penderita gagap agar bisa berbicara lancar dalam panggilan video.

Masa Depan inDrive dan Teknologi

Meski banyak yang meragukan apakah model bisnis inDrive benar-benar revolusioner, Tomsky percaya bahwa pendekatannya dapat menginspirasi model bisnis yang lebih adil di masa depan. Ia juga melihat potensi besar dalam AI, namun dengan pengawasan ketat agar tidak menimbulkan dampak negatif.

Tak pernah terbayangkan bahwa insiden taksi dan hidung patah bertahun-tahun lalu bisa membawa Tomsky ke puncak kesuksesan. Namun bagi Tomsky, kisah suksesnya bukan hanya soal bisnis—melainkan bagaimana teknologi bisa digunakan untuk melawan ketidakadilan dan menciptakan perubahan positif. Dan mungkin, yang paling berkesan dari malam itu, ia juga bertemu dengan cinta sejatinya. “Dia penasaran dengan wajah saya yang penuh perban,” kenangnya sambil tertawa. “Dan saya satu-satunya yang masih sadar malam itu!”