Sudah lama sebelum kebakaran hebat minggu ini melanda Pacific Palisades, perusahaan asuransi sudah was-was dengan kawasan elit di Los Angeles tersebut.
Berada di tepi Pegunungan Santa Monica yang dipenuhi semak kering dan memiliki properti bernilai tinggi, Palisades dianggap terlalu berisiko untuk diasuransikan dengan tarif yang wajar. Akibatnya, banyak perusahaan asuransi besar, termasuk State Farm, memutuskan untuk berhenti menawarkan perlindungan di kawasan ini. Pada Juli 2024, State Farm bahkan menghentikan hampir 70% polis pemilik rumah di Pacific Palisades.
Banyak warga akhirnya terpaksa beralih ke California FAIR Plan, satu-satunya pilihan terakhir bagi mereka yang ditolak perusahaan asuransi komersial. Dalam setahun, jumlah rumah yang bergantung pada FAIR Plan di Pacific Palisades melonjak hampir dua kali lipat menjadi lebih dari 1.400. Namun, FAIR Plan bukanlah solusi sempurna. Selain preminya lebih mahal, cakupan maksimalnya hanya sampai $3 juta untuk properti residensial.
Seperti banyak program asuransi darurat lainnya di 33 negara bagian AS, FAIR Plan kini berada di ambang kehancuran akibat meningkatnya bencana alam yang diperparah oleh perubahan iklim. Presiden FAIR Plan, Victoria Roach, dalam sebuah sidang Maret 2024, mengungkapkan bahwa mereka hanya memiliki cadangan kas $200 juta, sementara total eksposur risiko mereka mencapai $450 miliar di seluruh California. Hal ini membuat banyak pihak khawatir bahwa satu musim kebakaran buruk saja bisa membuat FAIR Plan bangkrut. Dan kekhawatiran itu kini menjadi kenyataan.
Dengan kebakaran besar yang melalap lebih dari 28.000 hektar di Los Angeles County, analis AccuWeather memperkirakan kerugian mencapai $52 hingga $57 miliar. Situasi ini menjadi pukulan telak bagi ratusan perusahaan asuransi yang beroperasi di California, terutama FAIR Plan.
Asuransi Rumah Menuju Krisis Nasional?
Masalah ini bukan hanya terjadi di California. Risiko kebakaran, banjir, badai, dan bencana alam lainnya telah membuat perusahaan asuransi berpikir dua kali sebelum menawarkan perlindungan. Pada 2023, perusahaan asuransi mengalami kerugian pada polis pemilik rumah di 18 negara bagian, naik dari 12 negara bagian lima tahun sebelumnya. Hal ini membuat semakin banyak pemilik rumah yang ditolak asuransi dan terpaksa mengandalkan FAIR Plan atau program serupa di negara bagian lain, seperti Beach dan Windstorm Plans di Tenggara AS. Jumlah polis FAIR Plan di seluruh AS hampir dua kali lipat dalam lima tahun terakhir, mencapai 2,7 juta pada 2023.
Banyak ahli melihat ini sebagai tanda gagalnya pasar asuransi. Jika FAIR Plan kehabisan dana, setiap pemegang polis di negara bagian tersebut harus ikut menanggung beban biaya tambahan. Hal ini sudah terjadi di Florida, di mana pemilik rumah harus membayar “Hurricane Tax” ratusan dolar setelah asuransi negara bagian tidak mampu membayar klaim akibat Badai Ian pada 2022.
Apakah Ada Solusi?
Menurut David Marlett dari Appalachian State University, sistem ini adalah “bencana” karena terus membebani pemilik rumah lain untuk menutupi kerugian di wilayah berisiko tinggi. Beberapa pakar menyarankan solusi seperti pemerintah federal menyediakan asuransi ulang (reinsurance) untuk FAIR Plan guna mengurangi biaya dan meningkatkan stabilitas. Alternatif lainnya adalah menciptakan pasar asuransi berbasis subsidi, mirip dengan Obamacare, agar rumah tangga berpenghasilan rendah dan menengah bisa mendapatkan perlindungan dengan harga yang lebih terjangkau.
Namun, satu hal yang pasti: berharap risiko iklim akan hilang dengan sendirinya bukanlah solusi. Seperti yang dikatakan mantan Komisaris Asuransi California, Dave Jones, “Perusahaan asuransi bukanlah penyihir. Risiko akibat perubahan iklim terus meningkat, dan mereka tidak bisa menghilangkannya dengan sihir.”
Ke depan, kita mungkin harus menerima kenyataan bahwa tinggal di area rawan bencana akan semakin mahal dan sulit. Dan jika tidak ada perubahan dalam sistem asuransi, kita semua bisa menuju ke masa depan yang tidak terasuransikan.