Dengan larangan TikTok yang tinggal hitungan hari, para kreator kini berlomba mencari platform pengganti. Banyak yang beralih ke pesaing langsung seperti Instagram Reels atau YouTube Shorts. Namun, satu nama mengejutkan muncul di peta persaingan: Xiaohongshu atau Red Note.
Aplikasi sosial media asal Tiongkok ini sebelumnya lebih dikenal di kalangan pengguna berbahasa Mandarin. Namun, dalam beberapa hari terakhir, pengguna Amerika berbondong-bondong bergabung, menjadikannya aplikasi nomor satu di App Store selama dua hari berturut-turut. Tepat di belakangnya ada Lemon8, aplikasi lain milik ByteDance, induk perusahaan TikTok.
Meskipun banyak yang mencoba peruntungan di Red Note dan Lemon8, masih ada keraguan apakah aplikasi ini bisa menjadi solusi jangka panjang. Keduanya mungkin menghadapi ancaman regulasi yang sama seperti TikTok. Namun, fenomena ini menunjukkan bahwa pengguna masih mencari platform baru untuk konten mereka dan merasa tidak puas dengan larangan TikTok yang dianggap terlalu mengontrol.
TikTok Ditutup, Kreator Beralih ke Red Note
Larangan TikTok bermula dari undang-undang yang disahkan tahun lalu, yang mewajibkan ByteDance menjual TikTok sebelum 19 Januari atau menghadapi blokir di AS. TikTok menggugat keputusan ini ke pengadilan, tetapi pekan lalu Mahkamah Agung tampak skeptis terhadap argumen hukum perusahaan tersebut. Karena ByteDance menegaskan tidak akan menjual TikTok, kemungkinan besar aplikasi ini akan benar-benar diblokir mulai Minggu mendatang.
Seiring kepanikan pengguna, berbagai platform lain mulai bersiap menyambut mereka. Snapchat, misalnya, baru saja meluncurkan Program Monetisasi baru yang memungkinkan kreator mendapatkan uang dari iklan dalam video mereka. Namun, saat ini, Red Note dan Lemon8 tampaknya menjadi tempat pelarian utama.
Dari TikTok ke Red Note: Kesempatan Baru atau Sekadar Pelarian?
Red Note diluncurkan pada 2013 sebagai panduan belanja online sebelum akhirnya beralih ke media sosial dan e-commerce. Dengan lebih dari 300 juta pengguna, aplikasi ini menawarkan berbagai konten seperti vlog perjalanan, tutorial kecantikan, video hewan peliharaan, hingga kursus bahasa. Red Note juga memiliki fitur marketplace langsung, sesuatu yang populer di Asia tetapi masih jarang diadopsi di pasar Amerika.
Sebelumnya, pengguna Red Note dari AS hanya segelintir musisi seperti John Legend dan Mariah Carey yang mencoba menarik perhatian pasar Tiongkok. Namun, dalam beberapa hari terakhir, banyak kreator TikTok mengumumkan migrasi mereka ke Red Note dan mengajak pengikutnya ikut serta.
Marcus Robinson, seorang desainer fashion berusia 29 tahun, adalah salah satunya. Dengan 21.000 pengikut di TikTok dan sekitar 40% pendapatan bisnisnya berasal dari platform itu, ia terpaksa mencari alternatif. Setelah mendengar tentang Red Note di TikTok, ia langsung membuat akun dan mulai mengunggah kontennya. Dalam 36 jam, ia sudah memiliki hampir 10.000 pengikut dan 22.000 likes. “Aku merasa brand-ku bisa tumbuh lebih cepat di sini dibandingkan di TikTok,” ujarnya.
Hal serupa dirasakan oleh Christina Shuler, seorang pengusaha kecil asal Carolina Selatan yang sebelumnya mendapatkan penghasilan dari TikTok melalui brand partnership dan program Creator Rewards. Posting pertamanya di Red Note, berupa tutorial pemasangan pintu geser, langsung meraih 10.000 likes. “Di Red Note, engagement lebih positif dan terasa lebih organik dibandingkan di platform Meta seperti Instagram dan Facebook,” katanya.
Namun, tidak semua orang yakin bahwa Red Note adalah solusi jangka panjang. Beberapa pengguna khawatir tentang kemungkinan sensor terhadap konten politik, seksual, atau LGBTQ+. Selain itu, Red Note pun bisa menghadapi ancaman blokir di AS karena undang-undang yang menargetkan aplikasi dari negara “adversarial” seperti Tiongkok.
Seperti yang ditulis seorang pengguna di Reddit, “Nggak ada yang benar-benar percaya Red Note bakal jadi pengganti permanen TikTok. Ini lebih ke bentuk protes—cara kita kasih ‘jari tengah’ ke pemerintah AS dan para miliarder penguasa mereka.”
Jadi, apakah Red Note akan bertahan sebagai rumah baru bagi kreator, atau hanya menjadi pelarian sementara sebelum akhirnya menghadapi nasib yang sama dengan TikTok? Waktu yang akan menjawab!