Nilai Tukar Petani (NTP) Indonesia pada Maret 2025 tercatat sebesar 123,72 atau naik tipis 0,22 persen dibandingkan Februari 2025. Peningkatan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (IT) mengalami kenaikan 1,51 persen menjadi 152,24, lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani (IB) sebesar 1,29 persen menjadi 123,05.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah, menjelaskan bahwa kenaikan harga komoditas seperti kelapa sawit, bawang merah, gabah, dan cabai rawit menjadi pendorong utama naiknya IT. Di sisi lain, IB naik akibat lonjakan harga listrik, bawang merah, cabai rawit, dan telur ayam ras.
Subsektor hortikultura menjadi penopang utama pertumbuhan NTP, mencatat kenaikan sebesar 3,80 persen. Lonjakan ini didorong oleh kenaikan IT sebesar 5,23 persen, lebih tinggi dibanding kenaikan IB sebesar 1,28 persen. Komoditas seperti bawang merah, cabai rawit, pisang, dan petai menjadi kontributor utama.
Namun, subsektor tanaman pangan justru mengalami penurunan NTP sebesar 0,57 persen. Hal ini terjadi karena kenaikan IT (0,82 persen) tidak mampu menandingi laju kenaikan IB yang mencapai 1,40 persen.
Inflasi Meningkat, Tekan Keseimbangan Harga Konsumen
Pada saat yang sama, inflasi nasional pada Maret 2025 tercatat sebesar 1,65 persen (month to month), jauh lebih tinggi dibandingkan Februari yang mengalami deflasi 0,48 persen. Indeks Harga Konsumen (IHK) meningkat dari 105,48 menjadi 107,22.
Secara tahunan (year on year), inflasi mencapai 1,03 persen, sementara secara tahun kalender berada di level 0,39 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi Maret 2024 yang hanya sebesar 0,52 persen.
Deflasi pada Februari 2025 terutama disebabkan oleh turunnya harga di kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, dengan deflasi 3,59 persen. Diskon tarif listrik menjadi penyumbang terbesar deflasi bulan itu, memberikan andil sebesar 0,67 persen.
Sementara itu, komponen harga yang diatur pemerintah mengalami deflasi sebesar 2,65 persen, dan harga bergejolak turun 0,93 persen. Meski demikian, komponen inti tetap mencatat inflasi sebesar 0,25 persen, dipengaruhi oleh kenaikan harga emas perhiasan, kopi bubuk, dan mobil.
Baca artikel seru lainnya di sini!
Sumber : liputan6.com