Nemes Corp

Penjualan Tesla Merosot Tajam: Dampak Kontroversi Elon Musk dan Persaingan Ketat

Penjualan Tesla Merosot Tajam: Dampak Kontroversi Elon Musk dan Persaingan Ketat

penjualan Tesla
Sumber Foto : Freepik

Penjualan Tesla merosot tajam sebesar 13% pada kuartal pertama tahun 2025, menjadi penurunan terbesar dalam sejarah perusahaan tersebut. Tesla hanya mengirimkan 336.681 unit kendaraan, turun sekitar 50.000 unit dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ini menjadi kuartal dengan performa terburuk dalam hampir tiga tahun terakhir.

Penurunan ini terjadi di tengah meningkatnya kritik publik terhadap CEO Elon Musk, serta persaingan yang semakin kuat di pasar kendaraan listrik. Tesla juga sempat menghentikan produksi sementara di keempat pabriknya akibat pembaruan pada Model Y, yang turut mempengaruhi angka penjualan.

Kontroversi Elon Musk dan Dampaknya Terhadap Merek Tesla

Sikap Elon Musk yang kontroversial dalam kapasitasnya sebagai kepala Department of Government Efficiency dan kedekatannya dengan pemerintahan Presiden Donald Trump memicu protes di sejumlah wilayah. Aksi demonstrasi di depan showroom Tesla, serta insiden vandalisme terhadap fasilitas dan kendaraan perusahaan, diduga turut membuat konsumen enggan membeli mobil Tesla.

Walaupun tidak disebutkan secara langsung dalam pernyataan resminya, perusahaan menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang berkontribusi dalam pencapaian tersebut. Namun, hasil penjualan yang mengecewakan ini cukup mengejutkan, mengingat Tesla sebelumnya konsisten mencatat pertumbuhan penjualan tahunan antara 20% hingga 100%.

Analis dari Wedbush Securities, Dan Ives, menyebut kuartal ini sebagai “momen kebenaran” bagi Musk. Ia menilai citra pribadi Musk kini menjadi beban besar bagi merek Tesla. Survei CNN terbaru menunjukkan hanya 35% warga AS yang memiliki pandangan positif terhadap Musk, sementara 53% menyatakan pendapat negatif.

Dampak Politik terhadap Minat Konsumen

Pandangan negatif terhadap Musk sangat terasa di kalangan pemilih liberal, yang notabene menjadi pasar utama kendaraan listrik ramah lingkungan. Berdasarkan survei Morning Consult, sekitar 32% responden AS pada Februari lalu menyatakan tidak akan mempertimbangkan membeli Tesla—angka yang meningkat dibandingkan 27% pada tahun sebelumnya dan 17% pada 2021.

Data dari S&P Global Mobility menunjukkan penurunan loyalitas pelanggan Tesla di negara bagian yang cenderung memilih Partai Demokrat (blue states), dari 72% menjadi 65%. Sebaliknya, loyalitas di negara bagian pro-Republik (red states) nyaris tidak berubah, naik tipis dari 47,6% ke 48,2%.

Penjualan Tesla di Eropa dan China Ikut Menurun

Di luar Amerika Serikat, penjualan Tesla di Eropa anjlok hingga 49% dalam dua bulan pertama tahun ini, menurut Asosiasi Produsen Mobil Eropa. Padahal, penjualan kendaraan listrik secara keseluruhan di benua tersebut justru naik 28%. Penurunan ini diduga berkaitan dengan pernyataan Musk yang mendukung partai sayap kanan di Jerman dan Inggris.

Sementara itu di China—pasar EV terbesar dunia dan pasar kedua bagi Tesla—pesaing lokal seperti BYD semakin mendominasi. BYD mencatatkan penjualan lebih dari 416.000 unit kendaraan listrik dalam kuartal pertama, naik 39% dari tahun sebelumnya. Mereka pun kembali menggeser Tesla sebagai penjual EV terbesar secara global.

Selain harga yang lebih terjangkau, BYD juga menawarkan teknologi pengisian daya ultra cepat. Salah satu model barunya mampu menempuh jarak hingga 250 mil hanya dengan lima menit pengisian daya.

Meski produsen EV asal China belum masuk pasar AS, persaingan global telah memberi tekanan besar bagi Tesla. Dengan tren saat ini, posisi Tesla sebagai pemimpin penjualan kendaraan listrik dunia bisa saja tergeser secara permanen pada 2025.

Baca artikel seru lainnya di sini!


Sumber : cnn.com