Nemes Corp

Pentingnya Pencatatan Bahan Baku Industri dalam Akuntansi Bisnis

Pentingnya Pencatatan Bahan Baku Industri dalam Akuntansi Bisnis

Dalam menjalankan sebuah bisnis manufaktur—seperti usaha furniture kayu—kamu pasti membutuhkan bahan baku seperti kayu jati, sekrup, lem, hingga cat pelapis untuk menghasilkan produk berkualitas. Nah, bahan-bahan inilah yang dikenal sebagai bahan baku industri, komponen utama dalam setiap proses produksi. Namun, tahukah kamu bahwa setiap bahan baku memiliki cara pencatatan akuntansi yang berbeda?

Dalam dunia bisnis, memahami jenis bahan baku serta cara mencatatnya dengan benar bisa membantu perusahaan mengontrol biaya produksi dan keuntungan secara lebih efektif. Yuk, kita bahas satu per satu!

1. Jenis-Jenis Bahan Baku Industri

Bahan baku dalam industri manufaktur bisa dikategorikan menjadi dua kelompok utama:

a. Bahan Baku Langsung

Bahan baku ini adalah komponen utama dalam sebuah produk jadi. Misalnya, dalam bisnis furniture, kayu jati atau mahoni adalah bahan baku langsung karena merupakan bagian inti dari produk yang dibuat.

Contoh lainnya:

  • Industri makanan: Tepung dan gula dalam produksi roti
  • Industri tekstil: Kain untuk pembuatan pakaian

b. Bahan Baku Tidak Langsung

Bahan ini tetap digunakan dalam proses produksi, tetapi bukan bagian utama dari produk akhir. Misalnya, lem kayu dan cat dalam pembuatan meja. Meskipun digunakan, bahan ini tidak terlihat dalam produk jadi secara langsung.

Contoh lainnya:

  • Industri makanan: Minyak goreng untuk menggoreng makanan
  • Industri tekstil: Benang jahit untuk menyatukan kain

2. Cara Mencatat Bahan Baku dalam Akuntansi

Setelah memahami jenis bahan baku, langkah berikutnya adalah mencatatnya dengan benar dalam laporan keuangan. Kenapa penting? Karena pencatatan yang akurat akan membantu bisnis menghitung cost of goods sold (COGS) dan menentukan harga jual yang kompetitif.

a. Pencatatan Bahan Baku Langsung

Biasanya, bahan baku langsung dicatat sebagai persediaan bahan baku dalam laporan keuangan. Saat bahan tersebut digunakan dalam produksi, nilainya akan berpindah ke akun persediaan barang dalam proses dan akhirnya menjadi harga pokok penjualan (HPP) setelah produk terjual.

Contoh jurnal akuntansi:
Ketika membeli bahan baku kayu:
Debit: Persediaan Bahan Baku Rp10.000.000
Kredit: Kas/Utang Usaha Rp10.000.000

Saat bahan digunakan dalam produksi:
Debit: Persediaan Barang Dalam Proses Rp5.000.000
Kredit: Persediaan Bahan Baku Rp5.000.000

b. Pencatatan Bahan Baku Tidak Langsung

Karena tidak menjadi bagian utama produk, bahan baku tidak langsung biasanya dicatat sebagai biaya overhead pabrik dalam laporan laba rugi.

Contoh jurnal akuntansi:
Ketika membeli cat dan lem:
Debit: Biaya Overhead Pabrik Rp1.000.000
Kredit: Kas/Utang Usaha Rp1.000.000

Kesimpulan

Menjalankan bisnis manufaktur bukan hanya soal produksi, tetapi juga bagaimana mencatat biaya dengan benar agar perusahaan bisa mengelola keuangan dengan baik. Dengan memahami perbedaan bahan baku langsung dan tidak langsung serta cara pencatatannya, bisnis bisa lebih efisien dalam menentukan harga jual dan mengoptimalkan keuntungan.

Jadi, apakah bisnismu sudah mencatat bahan baku dengan benar?