Nemes Corp

Revolusi Konektivitas: Bagaimana Teknologi Mengubah Cara Kita Terhubung

Revolusi Konektivitas: Bagaimana Teknologi Mengubah Cara Kita Terhubung

Konektivitas bukan hanya tentang kemudahan akses internet, tapi juga membuka peluang bagi mereka yang paling membutuhkannya sekaligus menguntungkan bisnis yang menyediakannya. Hal ini menjadi topik utama dalam diskusi panel bertajuk “Can We Innovate Our Way to a More Connected World?” di World Governments Summit, Dubai, pada 11 Februari.

Panel yang dipandu oleh Editor-in-Chief TIME, Sam Jacobs, menghadirkan para pemimpin industri telekomunikasi, termasuk Margherita Della Valle (CEO Vodafone Group), Hatem Dowidar (Group CEO e&), dan Mickey Mikitani (CEO Rakuten Group). Mereka membahas bagaimana inovasi dapat membantu memperluas akses konektivitas secara global.

Kesenjangan Digital: Tantangan dan Solusi

Menurut International Telecommunications Union (ITU), sekitar 2,6 miliar orang—sepertiga populasi dunia—belum memiliki akses internet. Della Valle menyoroti bahwa 300 juta di antaranya tinggal di daerah terpencil yang sulit dijangkau infrastruktur telekomunikasi. Salah satu solusi yang mulai dikembangkan adalah teknologi satelit. Vodafone, misalnya, berencana meluncurkan layanan satelit langsung ke smartphone di Eropa tahun ini untuk menjangkau daerah-daerah yang sebelumnya tak terhubung.

Konektivitas: Peluang Sosial dan Bisnis

Meskipun akses digital adalah isu sosial, para pemimpin industri sepakat bahwa konektivitas juga membawa keuntungan bisnis. Dowidar menegaskan bahwa menghubungkan lebih banyak orang berarti menciptakan pelanggan baru. “Pada akhirnya, ketika kami menghubungkan orang, mereka menjadi pelanggan, yang berarti pendapatan dan peluang bisnis baru,” ujarnya.

Selain itu, industri telekomunikasi kini berkembang ke ranah teknologi yang lebih luas, termasuk fintech, keamanan siber, dan komputasi awan. Hal ini membuka lebih banyak peluang bagi perusahaan untuk terus berinovasi sambil tetap memberikan manfaat bagi masyarakat.

Masa Depan Telekomunikasi: AI dan Regulasi

Mikitani dari Rakuten Group mengkritik model bisnis telekomunikasi saat ini yang dianggap sudah ketinggalan zaman. Ia menyoroti bahwa biaya tinggi untuk mengakses spektrum nirkabel menjadi hambatan besar dalam memperluas konektivitas. Menurutnya, jika hambatan ini dikurangi, maka pelanggan dan masyarakat secara keseluruhan akan mendapatkan manfaat lebih besar.

Selain itu, panel juga membahas peran kecerdasan buatan (AI) dalam meningkatkan efisiensi jaringan. Mikitani menjelaskan bahwa Rakuten telah menggunakan AI untuk mengelola jaringan dengan lebih sedikit tenaga kerja dibandingkan kompetitornya. Namun, Della Valle mengingatkan bahwa AI membutuhkan infrastruktur jaringan yang kuat, dan negara yang kurang berinvestasi dalam jaringan dapat kesulitan mendukung perkembangan AI.

Kolaborasi Pemerintah dan Industri

Dowidar menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan industri telekomunikasi untuk mengatasi berbagai tantangan, seperti regulasi data, keamanan, dan pengembangan AI dalam berbagai bahasa. Ia mengajak para pemimpin dunia untuk berdiskusi lebih lanjut guna menciptakan regulasi yang mendukung inovasi tanpa menghambat perkembangan teknologi.

“Kita harus memahami potensi besar yang bisa dibuka oleh teknologi,” ujar Dowidar. Ia juga menyoroti pentingnya pelatihan tenaga kerja untuk mempersiapkan perubahan besar yang akan dibawa oleh AI.

Konektivitas adalah kunci untuk masa depan yang lebih inklusif dan inovatif. Dengan kolaborasi yang tepat antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat, dunia yang lebih terhubung bukan lagi sekadar impian, tetapi sebuah kenyataan yang segera terwujud.