China berambisi menjadi pusat kekuatan teknologi dunia dan mempercepat perkembangan industri ini. Pemerintah Beijing menargetkan produksi massal serta rantai pasok yang solid untuk komponen utama robot humanoid pada 2025.
Sejumlah kota besar, seperti Beijing, Shanghai, dan Shenzhen, mengalokasikan dana investasi 73 miliar yuan ($10 miliar) untuk penelitian dan pengembangan robot humanoid. Perusahaan teknologi lokal seperti Unitree, UBTech, Agibot (didukung BYD), Robotera, dan Fourier Intelligence berlomba menciptakan inovasi terbaru.
Meskipun China terlambat masuk dalam persaingan dibanding rival seperti Tesla dan Boston Dynamics, mereka unggul dalam rantai pasok terintegrasi dan biaya produksi rendah.
Debut Spektakuler di Panggung Nasional
Dalam perayaan Tahun Baru Imlek 2025, lebih dari selusin robot humanoid memukau penonton dengan tarian dan sapu tangan merah terang. Pertunjukan ini membuktikan pesatnya perkembangan teknologi humanoid di China.
Dalam dua bulan terakhir, video robot humanoid China melakukan trik seperti mengendarai sepeda, tendangan memutar, dan salto telah viral di internet. Pemerintah dan media setempat menyoroti peluang besar teknologi ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Persaingan Ketat dengan Tesla dan Raksasa Teknologi
Sebagian besar robot humanoid belum diproduksi massal, tetapi persaingan dengan Tesla semakin ketat. Elon Musk memperkirakan proyek Optimus bisa menghasilkan pendapatan lebih dari $10 triliun.
Tak hanya Tesla, berbagai perusahaan teknologi besar dunia juga terjun ke pasar ini. Microsoft, Nvidia, dan Jeff Bezos berinvestasi dalam Figure AI, sementara Meta berencana menggelontorkan dana besar untuk humanoid.
Para ahli memperkirakan butuh lima hingga sepuluh tahun sebelum humanoid berdampak signifikan bagi masyarakat. Namun, dalam jangka panjang, mereka diproyeksikan menjadi kebutuhan sehari-hari, layaknya ponsel dan mobil.
Menurut Xi Ning, profesor robotika di Universitas Hong Kong, humanoid akan menjadi perangkat esensial di masa depan. Goldman Sachs memperkirakan industri ini bernilai $38 miliar pada 2035, dengan pengiriman 250.000 unit humanoid industri dalam lima tahun dan sekitar satu juta unit per tahun untuk pasar konsumen dalam satu dekade.
Tantangan Teknologi Inti
Meski unggul dalam efisiensi produksi, China masih tertinggal dalam teknologi inti humanoid. Laporan Morgan Stanley menyebutkan 56% perusahaan rantai pasok humanoid berbasis di China, tetapi masih bergantung pada teknologi asing untuk chip prosesor, sensor presisi tinggi, dan sistem operasi.
Chip kecerdasan buatan (AI) adalah otak humanoid yang mengendalikan cara berpikir, merasakan, dan bergerak. Saat ini, sebagian besar pengembang humanoid menggunakan chip Nvidia. Namun, dengan semakin ketatnya pembatasan ekspor teknologi dari AS, China berupaya mengembangkan industri chip domestik.
Selain chip, sensor, motor presisi tinggi, dan sekrup canggih masih didominasi perusahaan Eropa, Amerika, dan Jepang. China berusaha mengejar ketertinggalan dengan meningkatkan kolaborasi dengan Tesla dan perusahaan global lainnya.
Strategi Harga Kompetitif
Di tengah tantangan teknologi, China tetap menjadi disruptor industri ini dengan harga yang kompetitif.
Engine AI, perusahaan berbasis di Shenzhen, merilis humanoid PM01 seharga 88.000 yuan ($12.175). Unitree memperkenalkan humanoid G1 dengan harga 99.000 yuan ($13.697). Sebagai perbandingan, Optimus dari Tesla diperkirakan seharga $20.000 hingga $30.000. Harga lebih rendah membuka peluang adopsi humanoid lebih luas di China.
Produsen kendaraan listrik (EV) China, seperti BYD dan XPeng, juga mulai terjun ke industri humanoid, memanfaatkan pengalaman manufaktur skala besar. XPeng meluncurkan humanoid Iron dan berencana memproduksi massal pada akhir 2025, sementara BYD mulai merekrut tenaga ahli untuk pengembangan humanoidnya sendiri.
Robot Humanoid: Solusi Krisis Demografi?
Dengan populasi terus menurun selama tiga tahun berturut-turut, pemerintah China melihat humanoid sebagai solusi potensial untuk kekurangan tenaga kerja. Jika humanoid dikembangkan dalam skala besar dan diterapkan di berbagai sektor, mereka bisa membantu mengisi kesenjangan tenaga kerja yang melebar.
Menurut Brady Helwig dari Special Competitive Studies Project, China mengandalkan humanoid untuk menopang produktivitas di masa depan. Jika berhasil diadopsi secara luas, mereka bisa menjadi solusi revolusioner bagi tantangan demografi negara tersebut.
Kesimpulan
Dengan pertumbuhan pesat industri humanoid, China sedang dalam jalur untuk menjadi pemimpin global di sektor ini. Dukungan pemerintah, rantai pasok kuat, dan strategi harga kompetitif memberi keunggulan tersendiri. Meski masih ada tantangan dalam teknologi inti, percepatan inovasi dan investasi besar bisa mempercepat dominasi China di era humanoid.
Apakah kita siap melihat masa depan di mana humanoid menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari? Hanya waktu yang akan menjawabnya.
Baca artikel seru lainnya di sini!
Sumber : cnn.com