Nemes Corp

Strategi Pemasaran Cerdas dengan Margin Kontribusi

Strategi Pemasaran Cerdas dengan Margin Kontribusi

Sumber Foto : Canva

Bayangkan kamu sedang menjalankan bisnis kuliner. Setiap hari, kamu sibuk melayani pelanggan, mencoba berbagai strategi promosi, dan tentu saja, menghitung keuntungan. Kamu punya beberapa menu andalan yang selalu laris manis. Tapi setelah dihitung-hitung, keuntungan yang masuk ke kantong ternyata tidak sebesar yang kamu kira. Sementara itu, ada menu lain yang mungkin tidak begitu populer, tapi setelah dianalisis, justru memberikan keuntungan yang lebih besar per porsinya.

Pernahkah kamu mengalami situasi seperti ini? Jika iya, berarti kamu perlu mengenal konsep margin kontribusi. Ini bukan sekadar angka dalam laporan keuangan, tapi juga alat yang bisa membantu kamu menentukan strategi pemasaran yang lebih cerdas dan menguntungkan. Yuk, kita bahas lebih dalam!

Apa Itu Margin Kontribusi?

Secara sederhana, margin kontribusi adalah selisih antara pendapatan dari penjualan suatu produk dengan biaya variabelnya. Jadi, kalau kamu jual satu produk seharga Rp50.000 dan biaya variabelnya Rp30.000, maka margin kontribusinya adalah Rp20.000.

Kenapa margin kontribusi penting? Karena angka ini bisa membantu kamu menentukan strategi pemasaran yang lebih efektif. Dengan mengetahui produk mana yang punya margin kontribusi lebih besar, kamu bisa mengalokasikan anggaran pemasaran dengan lebih bijak.

Baca Juga : Rahasia Sukses Bisnis Kuliner: Strategi Pemasaran yang Harus Dicoba

Bagaimana Margin Kontribusi Membantu Strategi Pemasaran?

  1. Menentukan Produk yang Harus Diprioritaskan
    Produk dengan margin kontribusi tinggi harus mendapat perhatian lebih dalam promosi. Misalnya, kalau kamu punya dua menu dalam bisnis kuliner—menu A dengan margin kontribusi Rp10.000 dan menu B dengan Rp25.000—tentu lebih masuk akal untuk menggenjot pemasaran menu B.
  2. Mengoptimalkan Harga dan Penawaran
    Jika ada produk dengan margin kontribusi rendah, kamu bisa mempertimbangkan menaikkan harganya atau mencari cara untuk menurunkan biaya variabelnya, misalnya dengan mencari supplier yang lebih murah.
  3. Menyesuaikan Strategi Iklan
    Iklan membutuhkan biaya, dan kamu pasti ingin setiap rupiah yang dikeluarkan menghasilkan keuntungan maksimal. Dengan memahami margin kontribusi, kamu bisa mengarahkan iklan ke produk yang paling menguntungkan.
  4. Menghindari Produk yang Tidak Menguntungkan
    Kadang, ada produk yang laris tapi sebenarnya tidak memberi kontribusi besar terhadap keuntungan bisnis. Kalau sudah begini, kamu bisa mempertimbangkan untuk menggantinya dengan produk lain yang lebih menguntungkan.

Studi Kasus: Kedai Kopi dan Strategi Margin Kontribusi

Bayangkan sebuah kedai kopi yang menjual kopi hitam dan kopi susu. Kopi hitam dijual Rp15.000 dengan biaya variabel Rp5.000 (margin kontribusi Rp10.000), sementara kopi susu dijual Rp25.000 dengan biaya variabel Rp15.000 (margin kontribusi Rp10.000 juga). Awalnya, pemilik kedai fokus memasarkan kopi hitam karena lebih banyak yang beli. Namun, setelah menganalisis margin kontribusi, ia menyadari bahwa kopi susu juga memberikan margin yang sama, meskipun dijual lebih mahal.

Akhirnya, ia mulai mengubah strategi pemasaran, menargetkan segmen pelanggan yang lebih suka kopi susu dengan promo menarik. Hasilnya? Penjualan meningkat dan keuntungan bisnis pun naik.

Baca Juga : Persaingan Bisnis di Zaman Now: Tantangan & Tips Bertahan

Kesimpulan

Margin kontribusi bukan hanya angka di laporan keuangan, tapi bisa menjadi panduan berharga dalam menyusun strategi pemasaran. Dengan memahami konsep ini, bisnis bisa lebih fokus pada produk yang benar-benar memberikan keuntungan besar. Jadi, sebelum menentukan strategi pemasaran, coba deh cek dulu margin kontribusi produkmu. Siapa tahu ada peluang besar yang selama ini terlewat!