Nemes Corp

TikTok Masih Aman? Trump Tunda Lagi Larangan, Deal Masih Gantung

TikTok Masih Aman? Trump Tunda Lagi Larangan, Deal Masih Gantung

Ilustrasi larangan TikTok
Sumber Foto : Freepik

Presiden Donald Trump kembali menunda penerapan larangan TikTok di Amerika Serikat selama 75 hari. Keputusan ini diumumkan sehari sebelum batas waktu larangan yang sebelumnya juga sudah ditunda sejak Januari. Penundaan dilakukan demi memberi waktu tambahan untuk menyelesaikan kesepakatan yang akan memindahkan kepemilikan operasi TikTok di AS ke perusahaan Amerika.

Dalam unggahan di platform Truth Social, Trump menyebut bahwa pemerintahannya telah bekerja keras untuk menyelamatkan TikTok. Ia mengklaim telah ada “kemajuan besar” dalam proses kesepakatan, namun masih ada dokumen dan persetujuan yang perlu dirampungkan.

Kesepakatan yang sempat difinalisasi pada awal pekan lalu sebenarnya telah melibatkan investor Amerika seperti perusahaan modal ventura dan teknologi. Rencana tersebut memungkinkan ByteDance, perusahaan induk TikTok asal Tiongkok, untuk mempertahankan maksimal 20% kepemilikan dalam perusahaan spin-off yang akan mengelola TikTok di AS. Namun, aturan hukum tetap melarang segala bentuk koordinasi terkait algoritma maupun data antara TikTok AS dan ByteDance.


Tarif Tambahan Jadi Penghambat, China Menarik Diri

Sayangnya, perkembangan itu mendadak terhambat. Setelah Trump mengumumkan tambahan tarif 34% terhadap Tiongkok, pemerintah Tiongkok pun menarik diri dari kesepakatan. ByteDance menyampaikan pada Gedung Putih bahwa pihaknya tidak akan melanjutkan proses sampai ada negosiasi baru soal tarif tersebut.

Wakil Presiden JD Vance, yang ditunjuk untuk memimpin proses negosiasi, sebelumnya sempat optimis bahwa kesepakatan akan selesai tepat waktu. Namun, karena belum ada kepastian dari pihak Tiongkok dan tensi dagang yang meningkat, Trump memilih menunda lagi penerapan larangan tersebut.

Trump menandatangani perintah eksekutif untuk meresmikan penundaan ini. Meski belum merinci perkembangan terbaru dari kesepakatan, ia menyatakan bahwa pihaknya masih ingin bekerja sama dengan TikTok dan pemerintah Tiongkok untuk menyelesaikan persoalan secara damai.

Juru bicara ByteDance mengonfirmasi bahwa diskusi dengan pemerintah AS memang sedang berlangsung, namun belum ada kesepakatan resmi yang ditandatangani. Mereka juga menekankan bahwa semua kesepakatan harus mendapat persetujuan hukum dari otoritas Tiongkok.


Reaksi Politik dan Masa Depan TikTok di AS

Di sisi lain, para anggota Kongres yang sebelumnya mendukung larangan TikTok karena alasan keamanan nasional mulai menyuarakan kekhawatiran. Hukum yang berlaku sebenarnya hanya mengizinkan satu kali perpanjangan selama 90 hari, dan penundaan kedua ini dianggap melampaui batas kewenangan.

“Tindakan ini bertentangan dengan niat awal Kongres, yaitu melindungi keamanan nasional,” ujar Carl Tobias, profesor hukum dari University of Richmond.

TikTok sempat mengalami pemadaman sementara sehari sebelum pelantikan Trump, namun kembali aktif dengan pesan dukungan terhadap keputusan Trump yang menunda pelarangan. CEO TikTok Shou Chew bahkan hadir dalam acara pelantikan dan duduk bersama tokoh penting lainnya.

Analis teknologi Jeremy Goldman menyebut penundaan ini sebagai bagian dari strategi Trump. “Selama TikTok tetap berada di area abu-abu, Trump bisa terus menjadikannya alat tawar-menawar dalam perang dagang dengan Tiongkok,” katanya.

Keputusan ini setidaknya memberi napas tambahan bagi 170 juta pengguna TikTok di AS. Namun, masa depan aplikasi ini masih belum pasti, tergantung pada hasil negosiasi lanjutan dan sikap pemerintah Tiongkok.

Baca juga artikel menarik lainnya seputar tren digital dan kebijakan platform di sini:

Kunjungi Blog Kami Disini


Sumber : Kontan.co.id