Peritel terbesar di dunia, Walmart, memilih untuk menunda pemberian panduan keuangan untuk kuartal pertama tahun ini. Keputusan tersebut diambil menyusul ketidakpastian yang timbul akibat kebijakan tarif baru yang diberlakukan terhadap barang-barang impor dari China, Vietnam, dan negara lain. Walmart menyebut langkah ini dilakukan agar perusahaan tetap memiliki fleksibilitas dalam berinvestasi untuk menurunkan harga produk ketika tarif mulai berlaku.
Pekan lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan tarif sebesar 10% untuk semua negara, dengan tarif khusus sebesar 125% diberlakukan terhadap produk dari China. Meskipun tekanan ekonomi meningkat, Walmart tetap mempertahankan pandangan positif terhadap kinerja penjualannya. Perusahaan memperkirakan pertumbuhan penjualan hingga 4% baik pada kuartal ini maupun untuk sepanjang tahun.
Chief Financial Officer Walmart, John David Rainey, menyatakan bahwa perusahaan tetap melihat peluang untuk meningkatkan pangsa pasar. Menurutnya, fleksibilitas harga adalah kunci untuk menjaga daya saing di tengah kenaikan tarif. Ia juga menambahkan bahwa Walmart siap menghadapi kemungkinan resesi dengan tetap mengutamakan efisiensi dan kekuatan operasional.
Respons pasar terhadap pernyataan ini pun cukup positif. Saham Walmart naik 3% di awal perdagangan hari Rabu, menandakan bahwa investor menaruh kepercayaan terhadap strategi perusahaan. Analis dari Evercore ISI, Greg Melich, mengatakan bahwa Walmart memanfaatkan keunggulan skala, teknologi, dan rantai pasoknya untuk bertahan dalam kondisi global yang penuh ketidakpastian. Meski tetap menghadapi tantangan, Walmart dinilai lebih siap dibanding kompetitor untuk mengelola volatilitas pasar.
Ingin insight bisnis dan strategi ritel lainnya?
Baca artikel lainnya di sini: Blog Kami
Sumber : Kontan.co.id